Photobucket

085840316900

Selasa, 26 Mei 2009

THE PHENOMENAL: The Changcuters


Meskipun nama mereka identik dengan celana dalam, rock n’ rollers muda Kota Kembang ini jauh dari kesan tak terlihat dan tersembunyi. OLEH SOLEH SOLIHUN FOTO OLEH RIDHO HAFIEDZ DIGITAL IMAGING OLEH JOE DARAN


vokalis tria changcut, gitaris qibil changcut dan Alda Changcut, bassis Dipa Changcut serta drummer Erick Changcut baru saja merampungkan sesi pemotretan oleh gitaris Slank - Ridho Hafiedz- pukul dua siang, Rabu 1 April 2009 di kawasan Kali Malang, Jakarta Timur. Tak sampai se-puluh menit setelah rampung, mereka harus segera berangkat menuju stasiun televisi swasta di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan. Pagi hari, sebelum pemotretan mereka sudah bersiap di stasiun televisi lainnnya sejak pukul enam. Saking padatnya, Tria bahkan mengatakan — dalam konteks bercanda tentunya — bahwa The Changcuters lebih sibuk dari presiden. Maklum, mereka jadi salah satu pengisi acara di kampanye SBY. Dan setiap kali SBY mengundang mereka makan, The Changcuters selalu tak bisa memenuhinya, karena sudah harus terbang lagi ke kota lain. Kesibukan itu sepertinya akan semakin bertambah tahun ini. Selain album kedua yang berjudul The Changcuters & Misteri Kalajengking Hitam, film The Tarix Jabrix 2 dan komik juga akan dirilis tahun ini.

Kami duduk bersama dalam sebuah mobil van — itu istilah kerennya, tapi istilah umumnya adalah elf, yang mengacu pada merk kendaraan — berkapasitas dua belas orang. Van itu tak hanya jadi alat transportasi, tapi juga tempat mereka beristirahat sambil menunggu pemotretan atau sesi wawancara, hingga tempat untuk menulis lirik. Asep Keusik alias Asik sang manajer dan Ivan sang road manager duduk di samping sopir yang sedang bekerja. Qibil, Dipa, Alda di baris kedua setelah sopir. Saya, Tria dan Editor Yarra Aristi duduk di bangku tengah. Erick di baris paling belakang bersama seorang kru. Akhirnya, ketika sesi wawancara berlangsung Erick malah tertidur pulas. Itu sebabnya jawaban dia di tulisan ini hampir tak ada. Padahal, The Changcuters adalah salah satu band yang semua personelnya senang berbicara dan senang menjawab pertanyaan. Tak ada satu orang yang terdengar lebih dominan dibanding yang lain.


Apa rasanya jadi The Changcuters di tahun 2009?
Alda: Dahsyaaat!
Qibil: Kalau saya mah deg-degan. Karena awal 2009 itu mengejar album, mengejar film, mengejar launching, mengejar komik, mengejar tur, waktunya sangat mepet.
Dipa: Jadi deg-degan. Semua bisa terlaksana dengan tepat waktu atau harus ada yang dikorbankan? Cuma PD.
Qibil: Album baru nanti gimana, tanggap-an orang kayak bagaimana? Tapi itu mah PD deh. Kayak mau bagi rapot, udah tahu bakal rangking satu tapi belum lihat hasilnya.


Kenapa tahu bakal rangking satu?
Dipa: Karena PD dengan materi albumnya [tertawa].
Tria: Lebih baik PD daripada minderlah.
Qibil: Deg-degan kedua ada syuting, mikir-in kostum segala. Jadi selain deg-deg-an, 2009 teh riweuh [ribet].
Tria: Kami punya konsep banget waktu syuting itu, harus dengan setelan rambut lama, sedangkan cover album harus pakai rambut yang baru. Jadi ya begitu, potong satu hari, besoknya langsung foto, setelah syuting langsung bikin cover album, langsung dikerjain. Sambil mencari kostum juga, sambil jahit bahan. Riset juga, eksekusi juga. Semuanya bertumpuk.
Rollingstone.co.id

Tidak ada komentar: